Perbedaan adalah sesuatu yang sudah pasti ada dalam setiap denyut kehidupan kita. Perbedaan adalah fakta yang tidak mungkin ditiadakan begitu saja dengan alasan apapun juga. Perbedaan bila dikelola dengan baik akan dapat memperindah, menambah nilai dan menguatkan suatu hasil akhir. Bukankah suatu musik merdu di dalamnya berisi nada-nada berbeda yang disusun, diatur dan dikelola oleh sang komponis sehingga bisa menghasilkan bauran nada yang merdu? Bukankah masakan lezat yang kita santap di dalamnya berisi komposisi bahan dan bumbu dengan rasa yang berbeda-beda, ada manis, asin, masam, dan lainnya? Bukankah lukisan menjadi tampak indah karena terdiri dari berbagai unsur warna dan pola yang diatur dan dikelola dengan baik oleh sang pelukis?
Namun sebaliknya, bila tidak dikelola dengan baik maka perbedaan dapat berubah menjadi ancaman dan bahkan menjadi bencana yang akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan kita dalam mencapai tujuan bersama. Perbedaan yang tidak dikelola sama seperti komposisi nada tidak beraturan yang menghasilkan suara yang memekakkan telinga kita atau seperti makanan yang berasa aneh di lidah dan membuat rasa mual perut kita.
Negeri ini yang dihuni oleh 237,55 juta penduduk adalah terdiri dari ribuan pulau, ratusan suku bangsa dengan bahasa dan adat istiadat serta latar belakang sejarah yang berbeda. Di negeri ini pula terdapat keberagaman agama sebagai keyakinan yang dipegang teguh para penghuninya. Begitu banyak fakta adanya perbedaan di negeri ini yang harus ditata dan dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menjadi menjadi simponi merdu yang enak didengar.
Untuk mengelola perbedan-perbedaan itulah kita memerlukan seorang pemimpin. Kita memerlukan pemimpin yang mampu, tanggap dan pandai melihat kenyataan adanya perbedaan dan kemudian mengelola perbedaan tersebut dengan baik sehingga bisa menjadi persatuan sebagai kekuatan utama dalam pembangunan. Kita juga memerlukan pemimpin yang kuat, yang mampu menggunakan kekuatannya untuk menjaga keberadaan perbedaan supaya tetap dalam porsinya dan bukan menggunakan kekuatannya untuk menafikan perbedaan dan memaksakan hadirnya keseragaman mutlak untuk menyatukan perbedaan.
PERBEDAAN DAN DEMOKRASI.
Demokrasi adalah salah satu bentuk sistem untuk mencapai tujuan, demokrasi bukanlah tujuan. Terlebih demokrasi sempit dalam bentuk pemilihan Kepala Daerah. Kita telah terjebak dalam egoisme sempit dengan menganggap demokrasi sebagai kebenaran mutlak untuk mencapai tujuan dengan mengabaikan kenyataan adanya perbedaan yang memerlukan ruang untuk membuktikan diri sebagai salah satu alternatif cara untuk mencapai tujuan. Kita telah lupa, perbedaan sejatinya adalah ruh demokrasi. Tidak akan pernah ada demokrasi tanpa ada perbedaan. Demokrasi lahir di dunia adalah untuk mengelola perbedaan dan bukan untuk meniadakan perbedaan. Perbedaan tidak akan mungkin bisa ditiadakan oleh kekuatan apapun juga karena pada dasarnya perbedaan itulah yang pasti dan abadi, sedangkan demokrasi adalah pilihan. Perbedaan sudah ada ketika kita belum mengenal demokrasi, perbedaan masih ada ketika kita sedang mengenal demokrasi, dan perbedaan akan tetap ada pada saat demokrasi mati sekalipun.
Ketika demokrasi dipandang secara sempit sebagai suatu hal yang mutlak dan menjadi suatu keharusan yang tidak memberi ruang adanya perbedaan maka sejatinya demokrasi itu telah kehilangan ruh dan mati. Pada saat yang sama demokrasi telah berubah menjadi kekuatan otoriter yang pada saatnya nanti akan menghancurkan negeri ini. Itulah masa datangnya disintegrasi bangsa, yang ditandai dengan menguatnya nilai-nilai perbedaan yang bergerak mencari ruang untuk mengaktualisasikan diri dan mencari keseimbangan baru. Terlalu mahal taruhan yang harus dibayar negeri ini bila dipimpin oleh seseorang atau sekelompok orang yang bermimpi sedang memimpin sebuah negeri tanpa perbedaan.
Akhirnya, marilah kita belajar dari alam semesta ini. Begitu banyak alam semesta ini mengajarkan kepada kita tentang perbedaan dan keseimbangan perbedaan. Sekuat-kuatnya alam, alam tetap memberikan ruang kepada air, udara, langit, mahluk hidup dan seisi alam lainnya untuk tetap berbeda, saling berinteraksi dan membuat keseimbangan yang saling melengkapi bukan saling menindas dan meniadakan.
Biarlah pelangi itu tetap berwarna warni abadi karena warna-warna itulah yang memperindah pelangi.
Bisa anda bayangkan jika Indonesia hanya dihuni oleh satu etnis, satu budaya, dan satu kepentingan? Indonesia tidak akan menjadi indonesia. Indonesia akan menjadioh-so-boring. Mungkin indonesia akan mulai meng-klaim kebudayaan negara lain? Haha. Ini seperti membayangkan satu jalanan yang sepanjang jalan hanya disesaki oleh ratusan mobil yang memiliki merek, jenis, seri, warna dan ukuran yang sama. Datar dan membosankan.
Maka dari itu, sekali lagi kita perlu mensyukuri keaneka ragaman yang telah dianugerahkan Tuhan untuk negeri ini. Terima kasih Tuhan.
Meski terkadang keanekaragaman yang terlalu beragam ini menunjukan ke-belum-mampuan kita dalam hal mengelolanya sehingga pihak lain yang lebih tanggap dalam pengelolaan tertarik untuk meng-klaimnya, sekali lagi saya katakan kepada kawan-kawan seperti yang sudah ulang berkali-kali dalam tulisan ini:
Sekali lagi, ini masalah sudut pandang.
Gunakan sudut pandang yang tepat untuk menyadari indahnya dunia. Keindahan negeri yang disebabkan oleh keberagaman bangsa ini.
Dunia itu indah, jika dilihat dari sudut pandang yang tepat.
Balada Sang Merah putih
Karya: Ras Navastara
Kek, lihatlah bendera negeriku
Merahnya, sudah pada luntur
Putihnya, sudah pada kabur…
Belikan aku kesumba, tuk mencelupnya
Belikan aku pemutih, tuk merendamnya…
Kek, lihatlah bendera yang tegak
Merahnya bergincu, putihnya berbedak…
Cucuku, dengarlah…
Itu merah bukan merah kesumba
Tapi, merahnya darah darah pahlawan
Itu putih bukan pemutih
Tapi, putihnya hati hati pejuang
Tak pula bergincu yang di tube kepalsuan
Tak pula berbedak yang disapuh kemunafikan…
Kakek, aku ingin melihat bendera negeriku
Semerah darah dan seputih melati
Bersulam benang-benang keikhlasan
Bersuci mata air, air mata kesabaran
Wahai… Bendera negeriku…!
Teruslah berkibar menjilat matahari…
Kek, lihatlah bendera negeriku
Merahnya, sudah pada luntur
Putihnya, sudah pada kabur…
Belikan aku kesumba, tuk mencelupnya
Belikan aku pemutih, tuk merendamnya…
Kek, lihatlah bendera yang tegak
Merahnya bergincu, putihnya berbedak…
Cucuku, dengarlah…
Itu merah bukan merah kesumba
Tapi, merahnya darah darah pahlawan
Itu putih bukan pemutih
Tapi, putihnya hati hati pejuang
Tak pula bergincu yang di tube kepalsuan
Tak pula berbedak yang disapuh kemunafikan…
Kakek, aku ingin melihat bendera negeriku
Semerah darah dan seputih melati
Bersulam benang-benang keikhlasan
Bersuci mata air, air mata kesabaran
Wahai… Bendera negeriku…!
Teruslah berkibar menjilat matahari…
Sejarah adalah saksi abadi
0 komentar:
Posting Komentar